MABA, PKM GT, DAN PIMNAS



Pernahkah teman-teman bermimpi membuat tanah yang empuk sehingga bisa dibuat seperti trampolin? Atau, membuat kota bawah laut? Saat masih kecil dulu kita sudah akrab dengan fantasi seperti itu. Bahkan, saya sendiri sering berimajinasi membangun kastil di atas langit seperti yang Doraemon dan Nobita lakukan. Rasanya lucu dan aneh kalau teringat dulu saat masih kecil saya mempunyai khayalan sahabat Pokemon dan Digimon yang selalu menemani saya. Begitu saya tumbuh dewasa, saya mulai bisa membedakan mana kehidupan nyata dan angan-angan. 



Menjadi mahasiswa baru di Universitas Gadjah Mada, tahun 2013 yang lalu, membuat saya terbuka akan banyak kesempatan yang ditawarkan di kampus biru ini. Salah satunya adalah PKM. Awalnya saya iseng ikut tim PKM-KC; niatnya membuat semacam Kinbect games untuk latihan olah raga. 

Proposal tim saya tidak didanai. 

Ya iya lah! Wong cara bikin proposal yang baik dan benar saja saya tidak tahu. 

Di semester genap, saya diperkenalkan dosen saya (Pak Herianto, kalau Anda membaca cerita ini, sir you definitely has changed my life somehow) dengan Mbak Fida. Beliau ini sudah menyabet dua medali (perak dan emas) di ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional, yang tidak lain adalah titik kulminasi perjuangan para kesatria PKM. Saya ditawari untuk membuat PKM-GT (Program Kreativitas Mahasiswa - Gagasan Tertulis) bersama Mbak Fida dan temannya, Mas Tanri. Sebagai maba yang masin gabut saya pun langsung menyetujuinya. Dengan konsep dasar "Manajemen Bencana di Yogyakarta”, saya mulai petualangan saya di dunia persilatan- engga ding. Maksud saya per-PKM-an. 

Kami bertiga, dengan frekuensi diskusi yang sebenamya tidak terlalu banyak, dibuat stres karena PKM-GT ini. Ketika kita membuat PKM 5 bidang setidaknya kita tahu produk/ kegiatan "nyata” yang akan kita buat. PKM-GT berbeda! Kita dituntut membuat sesuatu yang di luar dunia ini. Yang aneh, nyeleneh, tapi bisa diwujudkan. Entah mau diwujudkan sekarang, besok, atau 100 tahun lagi tidak masalah; yang penting solusi kita feasible, logis, dan bisa menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Tidak ada batasan dana yang boleh dikucurkan. Nah, itu dia salah satu yang membedakan PKM GT dengan yang lain; tidak ada rincian biaya yang diusulkan di proposal PKM GT. Problem utama yang saya, Mbak Fida, dan Mas Tanri hadapai adalah proses brainstorming. Mau bikin ide yang rasional … eh, sudah ada teknologi yang mendukungnya. Telebih ide-ide rasional ini sudah basi -ya palingi tu-itu saja. 

Bukan ingin mendiskreditkan ide yang akan saya ceritakan berikut ini, tapi kami sempat kepikiran membuat aplikasi tanggap bencana. Sayangnya, hal tersebut sudah ada banyak di app store. Kalau salah "pengemasan" bisa saja proposal kami dicap PKM-KC. Udah bikinnya capek, masa mau langsung didiskualifikasi. Kan sedih …

Di sisi lain jika ide PKM-GT terlalu gila maka akan susah diwujudkan. Contohnya adalah membuat pil darurat yang sekali dikonsumsi bisa membuat yang meminumnya tidak perlu makan selama beberap minggu. Pil ini, dalam konsep Manajemen bencana, akan menjadi resources yang sangat berguna terlebih dalam kondisi darurat. Memang sih, kita bisa masukkan berbagai jenis gizi dan zat-zat penting lain ke dalam pil tersebut. Namun, sekali pil itu dicerna dalam perut, masa kita stop makan? Yang ada nanti asam lambung kita menumpuk berhari-hari dan Innalillahi wa inna …  (by the way saya tidak tahu lho kalau misal ada pil yang beneran bisa gitu). 

Ketika batas deadline PKM-GT tinggal 2 hari, kami memutuskan untuk bertapa di Perpustakaan Teknik untuk menyelesaikan proposal. Kalau saya teringat rasanya geli sendiri. Proposal kami, jika saya baca sekarang, benar-benar berantakan dengan margin yang kesana-kemari.



Begitu kami lolos ke PIMNAS, kami syok berat. 

I mean, hey, this can't be real! Proposal kami itu ibarat (maaf) upil kering yang jatuh dan terbawa angin ke jalanan berdebu. 

Buat seorang maba seperti saya, wah, ini adalah hal besar. Buat Mas Tanri, subhanallah, ini adalah tantangan baru. Buat Mbak Fida ini adalah masa-masa sangat menentukan dimana status ratu PKM'-nya akan ditentukan kalau dia bisa menyabet medali untuk ketiga kalinya di ajang PIMNAS (yang ini becanda). 

FYI, pengumuman masuk pimnas baru kami dapat dua minggu sebelum hari-H. Waktu itu mbak Fida masih menjadi kormanit di KKN-nya. Mas Tanri kena DBD dan harus terbaring ganteng di kasur empuk RS Panti Rapih. Saya, seonggok maba yang tidak tahu apa-apa, cuman bisa garuk-garuk kepala melihat teman-ternan PKM lima bidang lain sudah cas-cis-cus dengan presentasi yang telah dipersiapkan dari monev jauh hari. 

Singkat cerita, kami bertiga, dengan berbagai tantangan yang ada berusaha memoles presentasi kami agar layak ditampilkan di dewan juri nasional. Mas Tanri yang memberi saran dan mengedit banyak hal di atas kasurnya, mbak Fida yang bolak-balik turun gunung dari tempat KKN-nya, dan saya yang sekadar membantu doa (gak ding. Saya sesungguhnya disuruh romusha oleh mereka). Kami pun mendapat masukan dari berbagai pihak, sempat "disentil” dosen Pembimbing karena kualitasnya jelek sekali, dan sebagainya. Rasanya seperti nano-nano yang lebih banyak asernnya dibanding manisnya. Saat PIMNAS untungnya kondisi Mas Tanri sudah pulih. Kami bertiga (yang akhirnya sudah lengkap kayak trio kwek-kwek) melaju ke UNDIP Semarang untuk bertanding di PIMNAS. 

Saat pemberangkatan di Gedung Rektorat UGM. Itu mas Tanri literally baru keluar dari RS. Anyway, color code dongker-merah yang kami pakai itu engga sengaja hehehe.

Tim HUDY, poster kami, dan Zaky. Zaky ini dulu pas PIMNAS masih sama-sama maba seperti saya. Hai, udah lulus belum kamu Zak?

Di medan tempur, apa yang telah kami persiapkan terlihat jauh lebih buruk dibanding upil yang telah saya sebutkan di atas. Berikut ini adalah gambaran persaingan di PIMNAS: 

  1. Ada tim dari Jawa Barat yang membuat hutan bawah tanah. Tim ini telah membuat sistem irigasinya, sistem pencahayaan, dll sehingga ide ini tampak amat sangat nyata untuk diwujudkan. 
  2. Ada tim yang membuat labirin di dalam kota. Labirin? lya, benar! Labirin yang mirip di film Harry Potter ke-4 itu. Bedanya, labirin ini terbuat dari konkret dan akan memaksimalkan daya huni kota, juga menambah banyak fasilitas public
  3. Ada tim yang membuat bangunan pencakar langit. Bukan buat kantor, tapi buat memelihara sapi. Dan kambing. Dan ayam. Dan sahabat-sahabat ternak lainnya … BAYANGIN MAIN HARVEST MOON DI GEDUNG BERTINGKAT GUYS!

Dan yang paling membuat saya paling takjub adalah satu kelompok lagi dari UGM. Tim dari Fakultas Biologi ini ibaratnya memodifikasi nyamuk sebagai alat vaksin. Yes, you heard that right! It's MOTHERFKKING mosquito I am talking about! 

Nyamuk-nyamuk lucu ini akan diubah susunan genetikanya dan akan dilepas di daerah-daerah terpencil. Dengan demikian, saat ia menggigit manusia maka ia tidak akan menyebar penyakit, namun vaksin! lde luar biasa ini ternyata sudah didukung dengan teknogi yang ada sehingga feasible jika dilaksanakan nanti. 

Saat penutupan PIMNAS, kami bertiga sudah seperti kutu yang sekarat terkena obat rambut. Kami tidak berekspektasi aneh-aneh. Saat pengumuman nanti kami bertiga berdoa agar bisa ikhlas mendengar perolehan hasil kemenangan. Yang paling penting UGM juara umum. Aamiin!!! 

Dan saat-saat mendebarkan itu pun tiba "Medali perunggu presentasi bidang PKM-GT diraih oleh ... "

...
...
...

" ...Tim Jakarta Sahabat Air dari UGM!" Alhamdulillah!!! Ternan seperjuangan kami dari Fakultas Geografi memenangkan medali di bidang PKM GT yang sudah empat tahun tidak kembali ketangan UGM.

"Medali perak diraih oleh … ITS!!!" 

Sorak sorai menggelegar dari sudut lain lapangan. PKM ini adalah PKM dengan visualisasi paling luar biasa! Dia bikin audiovisual yang superkeren mengenai Surabaya … ah, gak boleh spoiler. However, I am very happy for you guys!


"Dan … Medali emas presentasi PIMNAS 27 bidang PKM GT diraih oleh …” 


"HUDY dari UGM!" 


-----------------------------------------------------------------------------------------

Oke, Alhamdulillah tim kami mendapat medali emas PIMNAS 27. Saya tidak ingin cerita soalnya reaksi kami bertiga saat itu yang alay lebay tidak karuan. 

Alhamdulillah Medali Emas PKM-GT di PIMNAS 27. Thank you for all the support!

Lalu muncul the big question yang teman-teman mungkin pertanyakan: kenapa kami bisa menang? Kami bertiga tidak tahu alasannya. Setidaknya, saya akan ceritakan sebagian usaha kami. lde tim kami adalah Manajemen Bencana berjudul HUDY "Human and Disaster in Harmony". Disaat tim-tim lain mempresentasikan "alat”, "bangunan", atau "program", tim kami menawarkan "sistem". Hal ini wajar mengingat saya dan Mbak Fida adalah mahasiswa Teknik Industri. Sistem terintegrasi sudah menjadi makanan kami sehari-hari. Sistem ini terbagi rnenjadi banyak sektor dan diwujudkan dalam tiga time frame dengan implementasi secara parallel. Nah, itu materi project management – thank you Teknik Industri UGM! 

Dari sistem ini terdapat beberapa inovasi yang kami usulkan. Salah satunya adalah seperti berikut; 

Tahu cip komputer kan? Nah, ide kami adalah memasang cip ini ke dalam tubuh seluruh warga Yogyakarta. Mungkin banyak yang berkata, wong edyaan! Masa cip elektronik mau dipasang di dalam tubuh manusia. Hmmm ...sanggahan yang logis, tapi sebenarnya di AS sendiri sudah ada orang yang mengimplan cip ke dalam pergelangan tangannya. Cip ini ia gunakansebagai pengganti "dompet dan kunci". Saat ia masuk rumah, ia tinggal mengayunkan tangannya ke scanner di dekat gagang pintu dan voila pintunya terbuka. Ia juga bisa menyalakan mobilnya dengan scan tangannya ke arah kemudi. Dengan merebaknya pembayaran elektronis berbasis NFC, chip di dalam tangannya juga berpotensi untuk menjadi pengganti kartu debit saat berbelanja (Apple pay, guys!). Teknologi ini sudah ada dan diperkirakan akan menjamur 10-20 tahun kedepan. 

Untuk meyakinkan juri, kami munculkan gambar alat KB. Alat yang diperkenalkan sekitar tahun 1970'an ini dipasang di dalam tubuh wanita dan menjadi hal yang sangat lumrah sekarang. Ketika barang asing berbentuk aneh saja ada yang dipasang (maaf) di organ sensitif wanita, barang seperti cip yang hanya dipasang di pergelangan tangan seharusnya normal dong. lde kami memang liar, namun kami tetap berusaha logis. Kami bawa benchmark di sini – again, thank you Teknik Industri UGM! Kami suguhkan perbandingan dengan existing technology agar juri bisa tahu bahwa kita tidak perlu takut memasukkan barang asing ke dalam tubuh. 

Lalu, apa hubungannya dengan Manajemen bencana? Dengan implant chip ini pemerintah bisa menembakkan gelombang tertentu. Gelombang ini akan membaca data yang tersimpan di chip dan mendeteksi lokasi setiap individu. Saat ada bencana, teknologi ini akan membantu evakuasi korban. Dengan pendekatan matematis (riset operasi, forecasting, teori keputusan, dll), pergerakan manusia akan diketahui. Jika ia tidak bergerak atau berpindah posisi maka ada kemungkinan korban terjebak reruntuhan sehingga bisa rnenjaid prioritas penyelamatan. 

Apakah ide ini feasible? Jawabannya adalah … ya, tapi setelah beberapa teknologi yang sudah dikembangkan di Indonesia. Oleh karena itu kami buat roadmap yang harus dilakukan pemerintah agar bisa mewujudkan ide ini.

Itu baru satu. Sebenarnya, masih ada empat atau lima ide lagi yang kami kemas di dalam sistem HUDY. Kan sistem, jadi engga hanya satu saja. Harus ada kesinambungan antara setiap ide.

Nah, sudah ada gambaran kan apakah PKM-GT itu? Saya sendiri sebenarnya ketagihan jika harus membuat PKM GT lagi. Soalnya menantang banget! Terlebih, PKM-GT tidak menyaratkan monev, membuat alat, menyusun nota pernbelian, dsb. Istilah mudahnya: PKM-GT itu jalan bebas hambatan menuju PIMNAS. Sayangnya bayar tolnya yang mahal: harus rela begadang, edit PPT, dan persiapan selama dua minggu yang … Naudzubillah, menyayat fisik dan hati sekali. 

Saya sendiri sampai harus menginap di warnet untuk menyelesaikan 1200an gambar. Gambar ini saya dijadikan film stop motion untuk merepresentasikan ide kami. Kenapa gak bayar anirnator saja? Pengen sih, sayangnya tim-tim PKM-GT UGM tidak seperti tim PKM-GT universitas lain yang diberi bantuan jutaan rupiah untuk membuat maket atau sewa animator … bahkan dengar-dengar ada kampus yang menyediakan “jasa grafis” poster. Setiap tim tinggal setor konsep dan isi poster dan beberapa hari kemudian jadilah poster-poster indah yang dilombakan di kelas poster ilmiah.

Curang? Ah, sudahlah tidak usah dibahas. Toh kami bisa menang kan (ahahaha). Yang terpenting tetap di ide. Maket mungkin mernbantu tapi sebatas di kelas poster ilmiah saja. Lagipula bantuan UGM pun juga luar biasa, dari pelatihan desain (dari dosen ISI) hingga mock-up presentation berkali-kali. Intinya UGM ingin kita meraih medali-medali kita dengan usaha sendiri. Manis banget lho rasanya.

Terlebih saya mendapatkan keluarga baru - 5 tim PKM GT lainnya yang berisi manusia-manusia luar biasa dari segala penjuru UGM. Doni kangen banget sama mas-mas dan mbak-mbak. Kangen becanda, kangen dibully (tapi enggak mau dibully lagi), kangen sok-sok saingan pas masih pelatihan (padahal yo kuwi mung pencitraan). Kangen juga mie ayam bakso yang ditraktir Tim Jakarta Sahabat Air - boleh loh nambah lagi, hehehe.

Keluarga PIMNAS PKM GT 2014 yang ucul-ucul

Selain itu, PKM dan PIMNAS adalah pengalaman pengembangan diri yang bagus. Saya jadi bisa kerja cepat dan tepat dibawah banyak tekanan. Selain itu prestasi di PKM pun bisa dilombakan di kesempatan-kesempatan yang lain. Saya menggunakan HUDY di berbagai aplikasi dan wawancara program-program yang saya ikuti; mulai dari leadership hingga scholarship. Alhamdulillah PKM juga salah satu hal yang membuat saya bisa menjadi Mahasiswa Beprestasi Fakultas Teknik UGM; sekaligus menjadi runner up di Mahasiswa Berprestasi tingkat universitas 2016 lalu.

Tulisan yang lebih mirip seperti curhatan ini semoga bisa bermanfaat bagi ternan-teman khususnya para kesatria PKM UGM. Waktu itu saya masih maba (mahasiswa baru) – dan saya bisa membuktikan bahwa saya mampu berlaga di PIMNAS dan meraih medali emas. Saya yakin teman-teman pun bisa melampaui apa yang saya dan teman-teman HUDY raih 2014 lalu. 

Sekian cerita saya. Saya menantang teman-teman civitas akademika lainnya, terutama yang satu alamamater dengan saya, untuk membuktikan kemampuan kalian di ajang PIMNAS.

All the best!

Doni Achsan


PIMNAS UGM
BISA....!!!
PIMNAS UGM
PASTI...!!!
PIMNAS UGM
PASTI BISA..!!!
PIMNAS UGM
EMAS...EMAS...EMAS..!!!



Tulisan ini saya persembahkan untuk:
Pak Herianto beserta keluarga Gen-EMAS,
Keluarga PKM-GT UGM 2014 yang sangat menginspirasi,
dan tentunya untuk kakak-kakak kesayanganku,

Mas Tanri dan Mbak Fida
Teknik Elektro dan Teknik Industri UGM 2011

You Might Also Like

0 comments

leave your reply here

INSTAGRAM @DONIACHSAN